
Gangguan konversi terjadi ketika seseorang mengalami gejala fisik sementara, misalnya kebutaan atau lumpuh, yang tidak memiliki penyebab fisik apapun. Meskipun penyebab utama gangguan konversi tidak diketahui saat ini, para peneliti percaya bahwa gangguan konversi terjadi sebagai respon tubuh terhadap trauma psikologi, fisik, dan mental atau situasi yang dapat menyebabkan stres. Kondisi ini sering disebut dengan istilah gangguan saraf fungsional. Gejala yang terjadi di antaranya adalah tubuh gemetar, lumpuh, ataupun pandangan ganda. Salah satu contoh adalah tubuh gemetar tidak terkontrol setelah kejadian traumatis, misalnya menjadi saksi mata kecelakaan mobil, meskipun tidak ada alasan fisik untuk tubuh gemetar.
Beberapa pemicu terjadinya gangguan konversi di antaranya adalah kejadian-kejadian yang dapat menimbulkan stres, trauma fisik ataupun emosional, dan perubahan pada fungsi otak dalam level metabolisme, sel, dan struktural. Gangguan konversi juga dapat terjadi ketika tidak ada pemicu yang jelas sama sekali. Akan tetapi, penyebab utama gangguan konversi bervariasi dari satu orang ke orang lain. Dengan para peneliti menspesifikasikan bahwa penyebab utama kondisi ini adalah situasi yang membuat stres, alasan medis utama gangguan konversi masih tidak diketahui hingga saat ini.
Gejala yang dapat terjadi
Gejala gangguan konversi dapat bervariasi, tergantung jenis gangguan saraf fungsional tersebut; dan terkadang gejala tersebut cukup signifikan sehingga dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari serta membutuhkan evaluasi medis secepatnya. Gejala-gejala tersebut dapat memengaruhi fungsi dan gerakan tubuh serta panca indera penderitanya. Beberapa gejala yang dapat memengaruhi fungsi dan gerakan tubuh di antaranya adalah tubuh terasa lemah ataupun lumpuh, gerakan yang tidak normal seperti tremor dan kesulitan bergerak, kehilangan keseimbangan, kesulitan menelan ataupun adanya rasa mengganjal di tenggorokan, kejang dan hilang kesadaran, dan beberapa episode yang tidak responsif. Sementara itu, ada pula gejala atau tanda gangguan konversi yang memengaruhi panca indera, seperti mati rasa atau hilangnya sensasi terhadap sentuhan, gangguan bicara atau kesulitan bicara, gangguan penglihatan (pandangan ganda atau kebutaan), dan gangguan pendengaran atau tuli.
Penyebab dan faktor risiko
Penyebab utama gangguan saraf fungsional atau gangguan konversi tidak diketahui hingga saat ini. Teori mengenai apa yang terjadi di otak untuk menyebabkan gejala-gejala tersebut sangat kompleks dan membutuhkan beberapa mekanisme yang berbeda, tergantung dengan jenis gangguan konversi yang dimiliki. Pada dasarnya, beberapa bagian dari otak yang mengontrol fungsi kerja otot dan indera mungkin dapat terlibat, meskipun tidak ada penyakit ataupun ketidaknormalan tertentu. Beberapa gejala gangguan konversi dapat terjadi tiba-tiba setelah adanya kejadian stres, atau bersamaan dengan trauma fisik dan emosional. Beberapa pemicu lain termasuk perubahan atau gangguan pada bagaimana otak berfungsi pada level struktural, sel, dan metabolisme. Namun pemicu dari gejala tersebut tidak selamanya dapat diidentifikasi.
Sementara itu, beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko gangguan konversi di antaranya adalah apabila seseorang memiliki gangguan atau penyakit saraf, seperti epilepsy, migrain, ataupun gangguan pergerakan; memiliki stres atau trauma fisik dan emosional yang terjadi baru-baru ini; memiliki kondisi gangguan kesehatan mental, seperti depresi, gangguan kecemasan dan suasana hati, gangguan dissociative, dan gangguan kepribadian tertentu; memiliki anggota keluarga yang menderita gangguan konversi, dan kemungkinan memiliki riwayat mendapatkan kekerasan fisik atau pelecehan seksual di masa lalu. Selain itu, wanita memiliki risiko menderita gangguan saraf fungsional lebih tinggi dibandingkan dengan pria.